Senjata Kudi dan Filosofi di Dalamnya

 

Kudi yang umum kita ketahui

Dalam Perguruan pencak silat Merpati Putih, materi mengenai permainan senjata memang diajarkan. Lantas, bagaimana dengan nama besar perguruan Merpati Putih dengan "Betako" (Beladiri Tangan Kosong) yang menjadi ciri khasnya?
Senjata yang paling kita kenal adalah tubuh kita sendiri. Seluruh anggota tubuh adalah senjata. Karena itu, fungsi tangan (hingga kepala) dalam pemecahan benda-benda keras, misalnya, merupakan manifestasi dari materi di Perguruan Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong.

Materi mengenai permainan senjata memang diajarkan di Perguruan ini. Materi permainan senjata (baik toya, golok, celurit, kudi, nunchaku, trisula, dll) diajarkan untuk mengenal karakteristik berbagai macam senjata tersebut. Karena ketika kita sudah mengikatkan diri dengan Merpati Putih yang terkenal dengan budaya tangan kosongnya, maka menurut para senior secara otomatis akan banyak sekali orang yang ingin mencoba kita.Termasuk materi pelepasan pistol dan pengunciannya. Materi praktis dan taktis sebagai keilmuan di Merpati Putih juga memang menyebabkan Merpati Putih menjadi Beladiri wajib Militer TNI.


Sejarah Kudi
Kudi sebenarnya sudah lama (sekitar tahun 80-an). Terciptanya Kudi terinspirasi dari alat 'ganco' yang digunakan oleh kuli-kuli beras di Pasar Beringharjo di Jogjakarta. Waktu itu Mas Poeng (Guru Besar Merpati Putih) secara tak sengaja melihat para kuli-kuli tersebut begitu luwes mengangkat beban-beban berat berkwintal-kwintal dengan ganco yang bentuknya sederhana tersebut. Kadangkala kuli-kuli tersebut memain-mainkan ganco tersebut. Kok kelihatanya mereka mahir sekali.
Kemudian baru pada tahun 1996 bentuk-bentuk tersebut diadopsi oleh mas Poeng. Hingga pada penyempurnaan bentuknya yang sekarang kita kenal. Setelah melalui perbandingan, penelitian, pengulangan.

Mas Peong (R.M Poerwoto Hadi Poernomo) sendiri juga ingin mengguratkan filosofi yang mendalam yang mendasari senjata Kudi agar tidak hanya menjadi senjata yang bersifat praktis saja. Karena senjata tersebut adalah senjata yang akan digunakan oleh praktisi pencak silat dan dibuat sebagai senjata Khas perguruan. Maka filosofi tidak boleh lepas dari setiap senjata yang berkenaan didalamnya. Jika diamati lebih detail, Mas Peong menambahkan lafadz Allah (  الله  ) di bagian punggung Kudi. Yang secara keseluruhan jika diamati dari gagang hingga ujung senjata akan membentuk lafadz ';Bismillaah' (  بِسْمِ اللهِ   ). Hal tersebut adalah sebuah pelajaran agar setiap melakukan sesuatu apapun selalu tidak lupa menyebut asma Allah. 

Dan jika senjata tersebut dibalik akan muncul juga tulisan MP (Singkatan dari Merpati Putih, merpati Putih juga adalah sebuah singkatan dari 'Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening. Yang mana kalimat tersebut berarti : Mencari Sampai Menemukan Kebenaran dengan Ketenangan).

Nama Kudi diambil dari bentuk senjata yang ada didaerah Banyumas dengan nama yang sama 'Kudi'. Bentuk senjata Kudi tersebut memang mirip dengan Kudi dari Merpati Putih. 

Tujuan Mempelajari Kudi?
Kudi sebagai senjata belum ditemukan yang mirip diluar negeri secara keseluruhan dan sekompleks Kudi Merpati Putih diharapkan menjadi senjata yang khas yang muncul dari negeri sendiri. Kudi sendiri percampuran dari berbagai bentuk senjata asli Nusantara, seperti, bentuk tubuhnya menyerupai Bendo, lubang Jari menyerupai Kerambit, Ujung senjata menyerupai Ganco, Ketipisan senjata yang menyerupai Celurit). Dari kehkhasan tersebut, diharapkan Kudi dipelajari sebagai senjata persilatan yang praktis dan penuh dengan filosofis.

Kudi berpamor, di buat oleh empu layaky bikin keris, konon dibuat cuma1.

Bagi yang kebingungan untuk mendapatkan Kudi, Kudi selalu bisa dengan mudah didaptkan di Yogya pas uktnas. Pastinya ada kok setiap uktnas. Tinggal siapkan budget saja agar kita mampu memilikinya. Uktnas dilaksanakan setiap 1 Suro (1 Muharam) setiap tahunnya di Pantai Parangkusumo.Kudi juga bisa dipesan di Waroeng MP secara online dengan sistem pengiriman ekspedisi. Semoga kita bisa segera memilikinya. (Hasani)