Berucap dengan Hati

Seorang disebut murid ketika mencintai gurunya sampai cinta tersebut membuatnya meninggal. Namun yang seperti ini sepertinya tidak bisa ditemui lagi.

Kita hidup dengan berkomunikasi dengan yang lain. Karenanya jangan engkau belajar retorika. Karena kata yang diucap itu harus keluar dari hati. Sesuatu yang keluar dari hati akan sampai ke hati.

Jika sekarang banyak orang fasih. Maka kefasihan bukanlah sesuatu yang buruk. Namun seorang dengan hati yang bersih itu lebih baik dalam penerimaan meskipun tidaklah sebaik dalam penyampain orang yang fasih. Sedangkan orang yang fasih lebih baik dalam penyampaian. Namun tidaklah yang disampaikan tersebut akan sampai ke hati.

Berusahalah sekuat tenaga secara bathiniyah dan dhohiriyah. Namun hendaknya kita lebih memperhatikan usaha-usaha bathiniyah. Sedangkan dhohiriyah dengan sendirinya nanti akan mengikuti bathiniyahnya. Maka seolah-olah sia-sialah seseorang yang saat ini hanya berusaha memperbaiki dhohiriyahnya saja.

Ucapkanlah syukur atas segala sesuatu. Penerimaan keadaan tersebut adalah dzikir pengingat kepada setiap karuniaNya. Karena terlalu banyak hal yang tidak pernah kita dzikir (sebut) atas segala pemberian kesehatan, waktu masa lapang, rizqi, umur yang berkah dan manfaat serta segala hal yang semuanya tidak pernah kita pinta dalam do'a.

Kembalikan semua penilaian logika atas setiap keputusan kita kepada pemilik hakikat (Allah Swt). Biarkanlah Allah yang luas rahmatnya memberikan hidayah. Ikutilah hati yang jernih untuk mendeteksi petunjukNya. Ucapkanlah Allohumma sholli alaa Sayyidina Muchammad... Allohumma sholli alaih... Allohumma sholli alaa Nuril anwaar dalam setiap keputusan yang akan diambil. Dan biarkanlah petunjuk itu datang. Kemudian terimalah dengan ridho dan diridhoi olehNya.

Allah Swt punya segalanya. Sedang yang kalian butuhkan hanyalah bagaimana memintanya. Sedang Allah Swt adalah Dzat yang sangat senang diminta. Semoga Allah swt memperbaiki keadaan-keadaan kita seperti keadaan para pendahulu kita. Aamiin.